Erzaldi Ajak Kolaborasi Atasi Potensi Krisis Air di Bangka Belitung

banner 120x600

PANGKALPINANG — Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Erzaldi Rosman, menekankan pentingnya sinergi antara semua pemangku kepentingan untuk mengatasi ancaman krisis air di wilayahnya. Air, menurutnya, tidak hanya merupakan kebutuhan dasar kehidupan, tetapi juga memegang peran penting dalam menjaga ketahanan pangan dan mendorong kemajuan ekonomi daerah.

“Potensi air sangat besar, tidak hanya sebagai sumber energi, tetapi juga dalam menopang ketahanan pangan dan transformasi ekonomi,” ujar Erzaldi dalam keterangannya, Rabu (9/10/2024).

Ia menjelaskan bahwa pemerintah daerah telah menyusun sejumlah kebijakan untuk mengantisipasi potensi krisis air di Bangka Belitung. Salah satu langkah utamanya adalah menjadikan pengelolaan air sebagai bagian integral dari upaya percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Selain itu, pemerintah juga memastikan hak masyarakat atas akses air bersih dapat terpenuhi.

Erzaldi memaparkan beberapa strategi yang akan diambil untuk menangani tantangan ini, di antaranya:

1. Mengutamakan pengelolaan air dalam pencapaian target SDGs.

2. Menjamin pengelolaan air berbasis hak asasi manusia.

3. Memperkuat peran pengawasan parlemen dan mendorong partisipasi publik dalam pengelolaan air.

4. Meningkatkan inklusivitas dalam perumusan kebijakan air.

5. Mengintegrasikan isu air dalam strategi adaptasi perubahan iklim nasional.

6. Mendorong inovasi pembiayaan untuk tata kelola air yang lebih baik.

 

“Langkah-langkah ini selaras dengan kebijakan pemerintah pusat dalam mempercepat pencapaian SDGs dan mengatasi krisis air secara nasional,” kata Erzaldi.

Sebagaimana diatur dalam SDGs, penyediaan air minum dan sanitasi layak bagi masyarakat merupakan target penting. Erzaldi menyatakan bahwa rencana ini juga telah diintegrasikan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Bangka Belitung untuk periode 2025-2045.

“Ketersediaan air minum dan sanitasi sangat krusial, terutama karena 73 persen kasus diare diakibatkan oleh buruknya kualitas air minum dan sanitasi yang tidak memadai,” tambah Erzaldi.

Meskipun cakupan sanitasi air di Bangka Belitung telah mencapai 90 persen pada 2019, Erzaldi menyadari bahwa masih ada pekerjaan yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas sanitasi dan akses air bersih di seluruh wilayah.

“Kami akan terus berupaya memperluas akses sanitasi air limbah domestik, meningkatkan layanan penyediaan air bersih, dan melanjutkan program PAMSIMAS untuk pembangunan infrastrukturair minum dan sanitasi,” pungkasnya.

(T-APPI)

 

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *